Jalan Rusak Parah, Muara Badak-Marangkayu Menjerit

borneopost
20 Des 2024
Share
Foto : Anggota DPRD Kaltim Firnadi Ikhsan.

Borneopost.co, Tenggarong – Kondisi jalan yang menghubungkan Kecamatan Muara Badak dan Marangkayu, khususnya di ruas Desa Tanjung Limau hingga Desa Sebuntal, masih menjadi sorotan utama. Menurut hasil survei dari Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Pesisir Daerah (AMARAH), jalan provinsi tersebut mengalami kerusakan berat, termasuk beberapa titik longsor yang dibiarkan tanpa perbaikan berarti selama tiga tahun terakhir.

Menanggapi hal ini, Firnadi Ikhsan, anggota DPRD Kaltim dari daerah pemilihan Kutai Kartanegara (Dapil Kukar), menyatakan bahwa ia belum mendapat informasi apakah perbaikan jalan tersebut sudah masuk dalam rencana pembangunan tahun 2025.

Namun demikian, ia menyatakan komitmennya untuk mendesak pemerintah provinsi agar segera meningkatkan aksesibilitas antar kecamatan, terutama di kawasan Muara Badak dan Marangkayu.

“Saya belum memperoleh informasi terkait pengalokasian anggarannya. Namun, dengan total APBD Kaltim yang mencapai sekitar Rp21 triliun, seharusnya masalah ini bisa dijadikan prioritas. Terlebih lagi, salah satu program unggulan gubernur terpilih adalah perbaikan infrastruktur, termasuk penguatan konektivitas jalan,” kata Firnadi.

Di sisi lain, Koordinator AMARAH, Erdin Syam, mengungkapkan bahwa kerusakan paling parah terjadi di wilayah perbatasan antara kedua kecamatan. Di lokasi tersebut, terdapat jalan yang mengalami longsor dan hanya diperbaiki seadanya dengan cara menimbun tanah dan menggunakan batang pohon kelapa.

Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, mengingat jalan tersebut merupakan jalur utama yang menghubungkan masyarakat Muara Badak, Marangkayu, hingga Kota Bontang.

“Di bawah jalan yang longsor terdapat aliran air, sehingga jika dibiarkan terlalu lama, potensi terjadinya longsor lanjutan akan semakin besar. Saat ini, hanya separuh badan jalan yang masih bisa dilewati,” jelas Erdin.

Upaya swadaya warga sekitar untuk memperbaiki jalan secara gotong royong belum mampu mengatasi kerusakan secara menyeluruh. Akibatnya, pengendara yang melintas harus ekstra waspada, dan kecelakaan kerap terjadi di lokasi tersebut.

“Sebagai pemuda yang lahir dan besar di wilayah pesisir, kami merasa sangat prihatin melihat kondisi jalan ini. Banyak warga menjadi korban, terutama mereka yang setiap hari menggunakan jalan ini. Meski berstatus sebagai jalan provinsi, keadaannya sungguh memprihatinkan,” ujar Erdin.

Situasi ini semakin diperparah oleh aktivitas kendaraan berat yang menggunakan jalur tersebut. Hingga saat ini, pemerintah belum mengambil langkah nyata untuk melakukan perbaikan.

“Kami tidak peduli apakah jalan ini berstatus provinsi atau kabupaten. Yang kami harapkan hanya satu: segera lakukan perbaikan supaya masyarakat dapat menggunakan jalan ini dengan aman dan nyaman,” tegasnya.